Aku + Kamu = Cermin ( Rangkaian Kata - Sekedar Sharing - Cerpen )
Aku + Kamu =
Cermin
Aku + Kamu = Cermin
H |
ai, perkenalkan aku adalah kamu dan kamu
adalah aku. Cukup itu yang ingin ku katakan. Karya ini sebenarnya ingin ku
tujukan untuk diriku sendiri. Why? Karena aku menulis ini sesuai dengan apa
yang aku inginkan dan aku alami. Yap, semacam buku diary. Pernah di saat ku
masih muda, ku diminta untuk membuat sebuah buku harian yang kemudian
dikumpulkan sebagai tugas akhir semester. Kalian yang mengenalku pasti tau aku
akan melakukannya sesuai perintah. Segala yang aku rasakan saat itu, apapun
yang terjadi di hari itu ku tuangkan dalam bentuk tulisan yang serta merta
tanpa basa basi. Dan ku kumpulkan buku harian itu kepada guruku. Tak kusangka
ku mendapat nilai terbaik satu sekolah, cukup fantastis bukan? Entah kenapa
dari situlah aku belajar, bahwa ketulusan seseorang pasti akan membuahkan hasil
yang indah.
Aku
memang terkenal naif kala itu, dan kamu tentu tahu pasti bahwa naif tak
selamanya benar. Bisa jadi dalam suatu problema hidup, kamu akan menjadi bodoh
dan mengambil keputusan yang salah karna kenaifanmu. Sering ku melihat bahwa
naif adalah sebuah kebiasaan buruk yang harus dihilangkan, tapi maaf. Aku tidak
pernah berpikir demikian, jika boleh jujur aku akan lebih memilih seseorang
yang naif sebagai teman bertukar pikiran dan pasangan hidupku. Mereka yang naif
tentu akan mencurahkan seluruh hatinya untukmu, aku jamin itu. Kepolosan mereka
pasti akan membuatmu takjub dan tersenyum tanpa sadar.
Namun,
bukan berarti aku akan mengatakan bahwa aku kini tetap polos dan bisa membuatmu
selalu tersenyum. Setiap orang tentu memiliki masanya sendiri, ketika seseorang
beranjak dewasa dan mulai mengerti bagaimana pola kehidupan itu berjalan ia
akan mulai menangis, marah, terpuruk dan berakhir sesuai cerita yang kamu
torehkan sendiri. Maksudnya? Kamu akan mengerti nanti setelah kamu melewatinya,
yap kurang lebih ketika kamu mulai berkepala dua.
Usia-usia
yang mengerikan. Usia dimana aku seharusnya sudah mulai mencari celah untuk
menggapai tujuan hidup. Ada penyesalan tersendiri di hati ketika aku tak pernah
memikirkan tujuan hidupku di kala usiaku mendekati usia kepala dua. “Nikmati
masa SMA mu, masa SMA tu buat seneng-seneng!” Jujur aku tak sependapat dengan
prinsip ini. Memang dari SMA aku pun jarang bersenang-senang seperti anak
lainnya, namun apa yang dimaksud bersenang-senang disini bisa diartikan ke
banyak hal salah satu nya tidak pernah berpikir mengenai sebuah TUJUAN HIDUP. Simpel namun
membingungkan, mengerikan bahkan membuatku linglung sementara.
Tujuan
hidup bisa menjadi sebuah patokan seseorang untuk maju, namun bagaimana jika
kamu masih tidak memiliki tujuan hidup? Sungguh, aku mulai menyesali pemikiran
dan pertanyaanku ini. Ku sia-siakan waktu ku demi hal hal yang seharusnya bisa
membuatku maju. Tindakanku yang setengah setengah dan keraguan yang terus ku
simpan serta ketakutanku dalam mengambil resiko yang membuatku gagal dalam
menentukan TUJUAN HIDUP.
Komentar
Posting Komentar