Postingan

Kemana?

Seringkali kita mengatakan hal yang tidak seharusnya. Meski bukan hal itu yang ingin kita katakan sebenarnya. Lalu? Aku tidak tahu.. Yang aku tahu saat ini aku merasa segalanya jadi rumit untukku. Bukan karna aku tidak mau belajar. Semua yang kupelajari justru membuatku makin rumit. Dari situlah aku sadar bahwa.. Tidak ada satupun hal yang bisa dilakukan tanpa seseorang yang mampu mengarahkanmu.. Seseorang yang mengerti akan segala yang ingin kau ketahui.. Seseorang yang mengerti akan keadaanmu saat ini.. Seseorang yang mengerti apa yang kau butuhkan saat ini.. Seseorang yang mengerti untuk menjadikanmu pribadi lebih baik.. Kemana arah tulisan ini sebenarnya.. Kau juga bingung kan?

Luka Dalam Diam

Luka Dalam Diam Dunia saat ini sungguh tak ramah..   Bagaimana tidak?  Semua berlomba mencari pembenaran atas tindakannya.. Tampaknya menjadi abu-abu. Mungkin bagi beberapa orang luka ini akan menjadi hal yang lumrah, Tak bisa dipungkiri, kapasitas masalah tiap orang juga berbeda.. Kamu yang lemah, katanya...   Sesulit itukah untuk mendengarkannya? Semudah itukah untuk mengucapkannya?   Dia hanya membisu..  Terdiam dalam duka.. Luka dalam diam..

Persik BeracunKu

  Jangan salahkanku jikalau ku mulai tak pedulikanmu. Tak ingin ku ungkap kembali masa yang tlah lalu, Biarkan menjadi cerita di masa itu. Aku tak mengapa. Sungguh, Ku tak mengapa meski kau taburkan serbuk persik itu padaku. Ku tak sanggup, takkan sanggup jika mulai kau raih mereka. Mereka adalah milikku. Sebagian besar hidupku untuk mereka. Kau siapa? Sekali, dua kali, dan kesekian kalinya, ku coba tuk memahamimu. Ah, luar biasa. Kau sungguh rumit, pikirku. Terimakasih, buah persikku yang beracun.

Aku + Kamu = Cermin ( Rangkaian Kata - Sekedar Sharing - Cerpen )

Aku + Kamu = Cermin H ai, perkenalkan aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Cukup itu yang ingin ku katakan. Karya ini sebenarnya ingin ku tujukan untuk diriku sendiri. Why? Karena aku menulis ini sesuai dengan apa yang aku inginkan dan aku alami. Yap, semacam buku diary. Pernah di saat ku masih muda, ku diminta untuk membuat sebuah buku harian yang kemudian dikumpulkan sebagai tugas akhir semester. Kalian yang mengenalku pasti tau aku akan melakukannya sesuai perintah. Segala yang aku rasakan saat itu, apapun yang terjadi di hari itu ku tuangkan dalam bentuk tulisan yang serta merta tanpa basa basi. Dan ku kumpulkan buku harian itu kepada guruku. Tak kusangka ku mendapat nilai terbaik satu sekolah, cukup fantastis bukan? Entah kenapa dari situlah aku belajar, bahwa ketulusan seseorang pasti akan membuahkan hasil yang indah.             Aku memang terkenal naif kala itu, dan kamu tentu tahu pasti bahwa naif tak selamanya benar. Bisa jadi dalam suatu problema hidup,

A Different Love

Dania,,                 Namaku Ramadhania Aisyah Wijayanti, dan teman-temanku sering memanggilku Dania atau Nia. Aku dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki keislaman yang cukup kental. Jadi, tak heran apabila akupun mengenakan jilbab baik dirumah maupun di luar rumah.                 Tahun ini merupakan tahun yang menyesakkan. Aku harus berpisah dengan sahabat-sahabatku SMA untuk melanjutkan mimpi kami yang berbeda. Dian, ia memiliki impian untuk menjadi arsitek yang handal. Lalu Fatma, ia juga memiliki impian untuk menjadi ahli farmasi. Kemudian, Tria dan aku yang sama-sama berkeinginan untuk menjadi ahli gizi.                 Dan tepat pada hari ini, sekolah kami mengadakan wisuda, “Eh, liat! Itu Nia?” tanya Tria yang berdiri di depan pintu gedung wisuda sambil menunjukku kaget. “Ah, iya! Itu Nia! Nia!” seru Dian yang melambaikan tangan padaku. Akupun melambaikan tanganku dan mendekati mereka. “Wah, kalian cantik ya” pujiku. “Kamu juga Ni, beda banget kamu! Bener deh!” puji

Ketika Karanganku Tak Dihargai

Pernahkah karanganmu dikatakan plagiat? Pernahkah kau merasa sakit ketika karanganmu tak dihargai? Cukup munafikkah mereka ketika mereka mengatakan mereka tak pernah meniru karangan orang lain? Lalu apa itu inspirasi? Hingga kini aku masih belum paham akan beda keduanya. Ketika ku terinspirasi oleh suatu karangan, secara tidak langsung dan tidak sadar, ketika ku menulis karanganku mungkin beberapa bagian hampir mirip dengan karangan yang menginspirasiku tersebut. Tapi cukup tegakah anda yang tak memedulikan karanganku itu. Setidaknya, bacalah perlahan. Apa anda berpikir bahwa aku melakukan plagiat? Lagi-lagi dan lagi-lagi... Itu cukup membuatku resah dan patah arang, bahkan aku berfikir aku tak memiliki modal yang cukup untuk berkecimpung di dunia ini. Haruskah aku melanjutkannya?? Entahlah, aku berpikir blog ini akan jarang dibaca oleh orang banyak, sehingga aku memberanikan diriku untuk mengutarakan rasa yang mungkin akan ada saatnya seseorang atau beberapa orang yang membantu

The Two Of Choice (FF)

Gambar
The Two Of Choice                     Aku rasa tiada guna lagi aku menjalani kehidupan ini, semacam hidup menanti ajal.. Apa yang sebenarnya ingin kau katakan? Hal apa yang akan membuatku terkejut saat itu?? Air mata sedikit demi sedikit mulai menitik dipipinya. “Semua ini tak ada gunanya” bisiknya. “Apa yang mesti kulakukan sekarang? Haruskah ku mengakhiri hidupku kini?” Sejenak ia terdiam. Pandangannya kosong tanpa ada beban. Ia mulai berjalan menyusuri lorong sunyi nan gelap. Diambilnya sebilah pisau tangan dari kantong kemejanya. “Jangan lakukan itu! Hentikan Naeun!” seorang lelaki tampan yang tak lain adalah psikiater Naeun menyambar tangan Naeun sehingga pisaunya terlempar. “Apa kau gila? Itu semua takkan membuatmu lega!” bentak Myungsoo, psikiaternya. “Sadar Naeun-ah.. Jangan terbawa emosimu.. Apa dengan cara ini kamu bisa bertemu dengannya?” tanyanya lagi dengan aksen yang lebih lembut. Naeun hanya tertunduk diam. “Apa yang kau tau tentang aku? Haruskah kau selalu mencampur